Kajian Dhuha Selasa, Mhd. Dwi Simon : Dahulukan Allah Dalam Setiap Urusan
KUTACANE – Selasa (29/08/2023), Kajian Dhuha dengan pemateri oleh Panitera Pengganti MS Kutacane Mhd. Dwi Simon, Protokol Leni Hidayati dan Do`a serta Shalawat oleh Suherdi. Kajian yang dibawakan oleh Dwi adalah tentang “Dahulukan Allah Dalam Setiap Urusan”. Mengawali kajiannya Dwi sampaikan Semua orang yang memiliki permasalahan dalam hidupnya baik berupa pekerjaan, keluarga ataupun lainnya pasti menginginkan dimudahkan dan diringankan dalam setiap langkah perbuatannya dan Semua permasalahan setiap Muslim bisa segera terselesaikan dengan baik asalkan kita meminta kepada Allah disertai dengan menyerahkan segala kebutuhan-kebutuhannya hanya kepada Allah SWT.
Kemudian sambungnya, permasalahan setiap kita sebagai Muslim bisa segera terselesaikan dengan baik asalkan kita meminta kepada Allah disertai dengan menyerahkan segala kebutuhan-kebutuhannya hanya kepada Allah SWT. Al`qur`an surat Al-Hajj Ayat 11 yang artinya adalah Dan di antara manusia ada orang yang menyembah Allah dengan berada di tepi; maka jika ia memperoleh kebajikan, tetaplah ia dalam keadaan itu, dan jika ia ditimpa oleh suatu bencana, berbaliklah ia ke belakang. Rugilah ia di dunia dan di akhirat. Yang demikian itu adalah kerugian yang nyata.
![]() |
![]() |
Tafsir dari ayat diatas oleh Kementerian Agama Saudi Arabia : Diantara manusia ada orang yang masuk ke dalam Islam dengan dorongan yang lemah dan keraguan, sehingga dia menyembah Allah dengan ragu-ragu, layaknya orang yang tengah berdiri di atas tepi gunung atau tembok, dia tidak mantap dalam berdirinya, dan dia mengaitkan keimanannya erat dengan kehidupan dunianya. Apabila dia dalam keadaan sehat dan hidup dengan nyaman, maka dia akan meneruskan ibadahnya. Dan apabila terjadi padanya satu cobaan dengan kejadian yang tidak mengenakkan dan kesulitan, dia mengaitkan kesialannya itu kepada agamanya, lalu dia meninggallkan agamanya sebagaimana orang yang berbalik ke belakang setelah istiqamah.
![]() |
![]() |
Disebabkan hal itulah, dia merugi di dunia, karena kekafirannya tidak mengubah apa yang ditakdirkan bagi dirinya untuk kehidupan dunianya, dan dia merugi di akhirat karena masuk ke dalam neraka. Dan itu adalah kerugian yang nyata. Orang yang merugi itu menyembah selain Allah yang tidak dapat memadorotkannya bila ia abaikan, dan tidak memberinya manfaat jika ia sembah. Itulah kesesatan nyata yang amat jauh dari kebenaran. Dia menyeru makhluk yang mudaratnya lebih dekat daripada manfaatnya. Alangkah buruknya sesembahan itu sebagai penolong dan amat buruk menjadi kawan. Intinya mendahulukan Allah dalam setiap urusan, ingat Allah dulu baru usaha, jangan menjadikan Allah pemain cadangan ketika sudah tidak ada jalan keluar baru ingat Allah. (BP)